Bedah Buku Bung Hatta : Potret Hatta Di Mata Ketiga Putrinya Â
Bukittinggi, Sumbar—Bung Hatta dimata ketiga putrinya adalah lentera. Ayah—demikian ketiga anak menyebutnya—dianggap sebagai sosok yang selalu menuntun, mendidik, membimbing, dan melindungi. Tidak pernah memaksa ketiga anaknya menjadi orang yang sesuai kemauan orangtua. Melainkan tumbuh berkembang dan berprestasi sesuai dengan bakat dan minatnya sendiri.
“Apa yang ditekankan Ayah dan Ibu adalah sebagai anak-anak dari proklamator, bahwa kami harus memilih hal-hal yang dapat memberikan manfaat kepada orang banyak,†urai Meutia Hatta saat menjadi narasumber bedah buku ‘Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya’ pada perayaan Hari Lahir ke-116 tahun Bung Hatta yang digelar di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Rabu, (29/8).
Banyak contoh kesederhanaan yang bisa dipetik dari Muhammad Hatta. Bagaimana sejak kecil meski hidup dalam tatanan nasional, ketiga putrinya diajari untuk bergaul dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang dan status sosialnya sehingga kala tidak menjabat sebagai wakil presiden sudah tidak kaget.
“Ayah selalu mengajari kami untuk tidak berlebihan. Yang dimiliki harus disyukuri. Yang sudah ada harus dirawat. Jauhi sikap sombong dan iri hati. Hidup harus punya kualitas dan tujuan. Jangan setengah-setengah dalam belajar agar jika kelak sukses dapat mendorong orang lain juga untuk sukses,†tambah Meutia.
Sementara itu Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan bahwa sosok Muhammad Hatta adalah seorang pejuang sehingga banyak nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan demokrasi yang bisa dipelajari oleh generasi saat ini.
Sosok Muhammad Hatta sudah terkenal hingga ke mancanegara. Banyak kiprah politik dan karir internasional yang dijalani beliau semasa hidup. Sangat mudah mencari Muhammad Hatta pada mesin pencari, semisal google. Tapi, informasi yang diperoleh tidak tuntas.
Namun, masyarakat bisa mencari segala hal yang berkaitan dengan Muhammad Hatta melalui perpustakaan karena perpustakaan berperan sebagai jembatan peradaban masa lalu, kini dan yang akan datang. “Perpusnas merencanakan akan menginternalisasikan pemikiran -pemikiran Bung Hatta secara nasional mulai pada 2019,†jelas Muhammad Syarif.
Hal lain yang ditekankan oleh Muhammad Syarif, bahwa paradigma perpustakaan kini sudah berubah. Bukan lagi berbicara deretan buku berdebu dan sepi pengunjung. Dan pustakawan sebagai pengelola perpustakaan tidak boleh berdiam diri namun harus bergerak lebih aktif dan memberikan kontribusi positif terhadap perubahan di masyarakat.
“Oleh karena itu, Perpusnas di tahun 2018 mencanangkan tagline Pustakawan Bergerak dalam rangka Knowledge Mobilization, menebarkan kandungan informasi dan pengetahuan pada setiap bahan bacaan agar bisa diaplikasikan di masyarakat sehingga tercipta kreativitas dan inovasi yang berguna bagi sikap kemandirian dan perbaikan kesejahteraan masyarakat,†tambahnya.
Bedah buku Bung Hatta dihadiri tidak kurang dari 200 peserta yang terdiri dari para dosen, akademisi, pendidik, para siswa dan mahasiswa, komunitas, media massa, dan masyarakat. Bedah buku yang diselenggarakan merupakan bagian dari perayaan hari lahir Bung Hatta yang digelar selama tiga hari (27-29 Agustus). Selain bedah buku, aktivitas HUT juga diramaikan dengan pameran pendidikan dan kreativitas, pertunjukkan seni, serta perpustakaan keliling.
Â
 Reportase : Hartoyo Darmawan Â
Â
Â
Â